JAKARTA, investortrust.id - Mata uang rupiah ditutup melemah pada perdagangan awal pekan ini, Senin (2/9/2024), seiring memudarnya peluang pemangkasan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 bps bulan ini. Data Jisdor Bank Indonesia (BI) mencatat, kurs rupiah melemah 63 poin ke level Rp 15.536/USD, dibanding posisi Jumat lalu (30/8) di level Rp 15.473/USD.
Sementara pada perdagangan di pasar spot valas, dilansir Yahoo Finance, kurs rupiah bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat 70 poin, ke level Rp 15.519/USD hingga pukul 15.30 WIB. Pada penutupan perdagangan hari sebelumnya, kurs mata uang Garuda sempat bertengger di posisi Rp 15.449/USD.
"Sentimen dari AS, para pedagang mengurangi taruhan untuk pelonggaran kebijakan agresif oleh Federal Reserve. Adapun fokus saat ini beralih ke laporan pekerjaan AS yang penting di akhir minggu ini," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Senin (2/9/2024).
Imbal Hasil US Treasury Naik
Seiring dengan itu, Ibrahim menjelaskan, terjadi kenaikan imbal hasil US Treasury jangka panjang, ke level tertinggi sejak pertengahan Agustus lalu. Ini setelah ukuran inflasi AS yang diawasi ketat tetap stabil, mengurangi keharusan bagi The Fed untuk memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) pada 18 September. Para pedagang kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Fed Funds Rate sebesar 50 bps bulan ini sebesar 33%, dibandingkan kemungkinan pemangkasan seperempat poin sebesar 67%.
"Seminggu sebelumnya, ekspektasi untuk pemangkasan yang lebih besar adalah 36%," ungkap Ibrahim.
Libur umum di AS pada hari Senin berpotensi memperlambat awal minggu bagi dolar, kata para analis, tetapi pada hari-hari lainnya akan ada aliran data ekonomi makro yang stabil, yang berpuncak pada data penggajian nonpertanian yang dirilis Jumat mendatang. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penambahan 165.000 pekerjaan pada bulan Agustus lalu, meningkat dari penambahan 114.000 pada bulan sebelumnya. Sedangkan tingkat pengangguran AS turun menjadi 4,2%.
"Gubernur The Fed Christopher Waller dan Presiden The Fed New York John Williams juga berpidato setelah rilis data pekerjaan, yang memberikan reaksi pasar hampir instan. Yang juga penting minggu ini adalah survei ISM (Institute for Supply Management), lowongan pekerjaan JOLTS dan ketenagakerjaan ADP, serta perdagangan dan Beige Book Fed," ujarnya.
Dari Asia, aktivitas manufaktur Cina tercatat merosot ke level terendah dalam enam bulan pada bulan Agustus 2024. Ini karena harga di tingkat pabrik anjlok dan pemilik berjuang untuk mendapatkan pesanan, berdasarkan survei resmi pada hari Sabtu. Hal ini menekan para pembuat kebijakan untuk terus melanjutkan rencana untuk mengarahkan lebih banyak stimulus ke rumah tangga internal.