JAKARTA, investortrust.id – PT Sepatu Bata Tbk (BATA) menyampaikan laporan keuangan interim periode semester I-2024 dengan mencatat rugi komprehensif periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 126,77 miliar, membesar dari rugi atribusi sebesar 33,20 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan rugi atribusi membuat rugi per saham dasar membesar menjadi minus Rp 97,96 per 30 Juni 2024, dari Rp 24,88 per saham pada periode 30 Juni 2023.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Perseroan, Minggu (6/10/2024) tertera kenaikan rugi bersih disebabkan oleh anjloknya total penjualan bersih sebesar 22,47% menjadi Rp 260,29 miliar per 30 Juni 2024 dari Rp 335,76 miliar periode 30 Juni 2023.
Penurunan penjualan dikutip oleh penurunan beban pokok penjualan menjadi sebesar Rp 166,97 miliar dari Rp 198,21 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara itu rugi usaha perusahaan alas kaki ini membengkak menjadi Rp 120,05 miliar periode semester I-2024, dari Rp rugi usaha sebesar Rp 23,63 miliar di semester I-2023.
Dari sisi neraca total aset BATA tercatat turun menjadi sebesar Rp 495,06 miliar per 30 Juni 2024 dari posisi Rp 585,74 miliar periode 31 Desember 2023.
Adapun jumlah liabilitas tercatat mengalami kenaikan menjadi Rp 490,57 miliar per 30 Juni 2024 dari posisi 31 Desember 2023 yang tercatat sebesar Rp 454,39 miliar.
Kemudian jumlah ekuitas tercatat Rp 4,48 miliar per 30 Juni 2024 dari Rp 131,35 miliar pada periode 31 Desember 2023.
Sebelumnya BATA memutuskan menutup pabriknya di Purwakarta karena ingin bertransformasi. Perseroan tetap berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia.
"Seperti banyak perusahaan lain yang menghadapi dampak pasca-Covid, Bata telah menghadapi banyak tantangan selama empat tahun terakhir, termasuk perubahan perilaku konsumen yang cepat. Bata merasa perlu untuk bertransformasi untuk melayani konsumen dengan lebih baik,” kata Hatta Tutuko, Direktur dan Sekretaris PT Sepatu Bata Tbk dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/5/2024).
Hatta menyatakan, keputusan penutupan pabrik bukan hal mudah. Langkah ini ditempuh setelah melakukan evaluasi mendalam dan persetujuan para pihak terkait. “Penyesuaian-penyesuaian ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan untuk berkembang dan beradaptasi di masa-masa perubahan ini,” kata Hatta.
Setelah menutup pabrik, perusahaan akan menawarkan produk-produk baru yang dikembangkan oleh Bata serta produsen lokal dari pabrik mitra Indonesia. Bata yang memiliki sekitar 400 toko di seluruh Indonesia memegang lisensi untuk sejumlah mereka seperti Comfit, Power, Bubblegummers, North Star, B-First, dan Weinbrenner.
|
Bertumbuh! Laba Atribusi Harita Nickle (NCKL) Rp 4,83 Triliun hingga Kuartal IIIJumat, 22 Nov 2024 |
|
Wika Beton (WTON) Lebih Moderat Tetapkan Target Kontrak Baru 2025Jumat, 22 Nov 2024 |
|
Triputra Agro (TAPG) Targetkan Netral Karbon Tahun 2036, Begini StrateginyaKamis, 21 Nov 2024 |
|
Ajarkan Emiten Cara Hitung Emisi, BEI Akan Luncurkan IDX ESG Disclosure Guidance Pada Kuartal I-2025Kamis, 21 Nov 2024 |
|
Target Indika (INDY) Raih 50% Pendapatan Non-Batu Bara Mundur Jadi 2028Kamis, 21 Nov 2024 |
Laporan Hasil Public Expose EPACJumat, 05 Jan 2024 |
Penyampaian Prospektus LUCYRabu, 03 Jan 2024 |
Laporan Hasil Public Expose PPRORabu, 03 Jan 2024 |
Penyampaian Materi Public Expose LMASRabu, 03 Jan 2024 |
Laporan Hasil Public Expose CSMIRabu, 03 Jan 2024 |
Techno Fundamental ARTOJumat, 22 Nov 2024 |
Incidental Report WIFIJumat, 22 Nov 2024 |
Techno Fundamental EMTKKamis, 21 Nov 2024 |
Incidental Report BBTNKamis, 21 Nov 2024 |
Techno Fundamental AMMNRabu, 20 Nov 2024 |