JAKARTA, investortrust.id - Harga minyak mentah berjangka Brent naik sebesar US$ 1,36 (1,9%) menjadi US$ 71,97 per barel pada penutupan perdagangan Kamis (12/9/2024). Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik sebesar US$ 1,66 (2,5%) ke level US$ 68,97 per barel.
Kenaikan harga minyak naik lebih dari 2% pada Kamis ini karena produsen menilai dampaknya terhadap produksi di Teluk Meksiko setelah Badai Francine merobek daerah penghasil minyak lepas pantai tersersebut, sebelum diturunkan menjadi badai tropis.
Biro Keamanan dan Penegakan Lingkungan Amerika Serikat mengatakan, lebih dari 730.000 barel per hari atau hampir 42% dari produksi minyak Teluk Meksiko ditutup karena badai Francine pada hari Kamis kemarin.
“Kedua kontrak telah memperoleh lebih dari 2% pada hari Rabu karena perusahaan mengevakuasi platform lepas pantai karena Francine. Gangguan ini diperkirakan akan mengurangi produksi bulan ini dari Teluk Meksiko sekitar 50.000 barel per hari,” kata analis UBS dikutip dari Reuters.
Seorang analis di StoneX, Alex Hodes mengatakan, dampak Francine bisa berumur pendek, karena kehilangan intensitas dengan cepat setelah mendarat di Louisiana pada Rabu malam. Hal tersebut dapat mengalihkan perhatian pasar minyak kembali ke kurangnya permintaan global.
Selain itu, Pelabuhan ekspor minyak dan bahan bakar dari selatan ke Texas tengah telah dibuka kembali pada hari Kamis dan kilang juga meningkat.
Sementara itu, kekhawatiran terkait permintaan minyak global yang lemah, terutama dari importir teratas China telah sangat membebani harga dalam beberapa bulan terakhir. Harga minyak mentah berjangka Brent menetap di dekat level terendah tiga tahun pada hari Selasa setelah kelompok produsen OPEC+ memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan tahunannya untuk bulan kedua berturut-turut.
Badan Energi Internasional pada hari Kamis menurunkan perkiraan pertumbuhan permintaan 2024 lebih dari 7% menjadi 900.000 barel per hari, mengutip permintaan yang lemah di Cina dan pertumbuhan yang lemah di wilayah lain.
Data Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan pada Rabu (11/9) juga menyebut, Amerika Serikat sebagai konsumen minyak teratas, menunjukkan tanda-tanda permintaan yang lemah. Persediaan minyak meningkat di negara itu minggu lalu karena impor minyak mentah tumbuh, ekspor menurun dan permintaan bahan bakar merosot.
|
Bertumbuh! Laba Atribusi Harita Nickle (NCKL) Rp 4,83 Triliun hingga Kuartal IIIJumat, 22 Nov 2024 |
|
Wika Beton (WTON) Lebih Moderat Tetapkan Target Kontrak Baru 2025Jumat, 22 Nov 2024 |
|
Triputra Agro (TAPG) Targetkan Netral Karbon Tahun 2036, Begini StrateginyaKamis, 21 Nov 2024 |
|
Ajarkan Emiten Cara Hitung Emisi, BEI Akan Luncurkan IDX ESG Disclosure Guidance Pada Kuartal I-2025Kamis, 21 Nov 2024 |
|
Target Indika (INDY) Raih 50% Pendapatan Non-Batu Bara Mundur Jadi 2028Kamis, 21 Nov 2024 |
Laporan Hasil Public Expose EPACJumat, 05 Jan 2024 |
Penyampaian Prospektus LUCYRabu, 03 Jan 2024 |
Laporan Hasil Public Expose PPRORabu, 03 Jan 2024 |
Penyampaian Materi Public Expose LMASRabu, 03 Jan 2024 |
Laporan Hasil Public Expose CSMIRabu, 03 Jan 2024 |
Techno Fundamental ARTOJumat, 22 Nov 2024 |
Incidental Report WIFIJumat, 22 Nov 2024 |
Techno Fundamental EMTKKamis, 21 Nov 2024 |
Incidental Report BBTNKamis, 21 Nov 2024 |
Techno Fundamental AMMNRabu, 20 Nov 2024 |