JAKARTA, investortrust.id - Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November turun 5 sen ke level US$ 73,65 per barel pada Rabu (18/9/2024). Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober menjadi US$ 70,91 per barel atau turun 28 sen.
Melansir Reuters Kamis (19/9/2024), harga minyak lebih rendah pada Rabu karena pengumuman penurunan suku bunga dari Federal Reserve yang meningkatkan kekhawatiran terhadap kesehatan ekonomi AS. Sementara sebagian besar investor mengabaikan penurunan persediaan minyak mentah yang mereka kaitkan dengan dampak cuaca jangka pendek.
Bank sentral AS memangkas suku bunga sebesar setengah poin persentase, dan penurunan biaya pinjaman yang lebih besar dari yang diperkirakan banyak orang. Hal ini memicu kekhawatiran bank sentral mungkin melihat pasar kerja yang melambat.
Selain itu, pemotongan suku bunga meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan energi, namun pasar tenaga kerja yang lebih lemah dapat memperlambat ekonomi.
Sementara itu, Administrasi Informasi Energi (EIA) mengatakan, persediaan minyak mentah turun 1,6 juta barel menjadi 417,5 juta barel dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 500.000 barel. Penarikan minyak mentah mengakibatkan persediaan turun ke level terendah dalam setahun membantu membatasi penurunan harga.
Sementara laporan EIA lebih mendukung harga minyak daripada angka American Petroleum Institute pada Selasa (17/9/2024). Menurut Direktur Energi Berjangka di Bank Mizuho Bob Yawger, investor kemungkinan menghubungkan penarikan tersebut dengan Badai Francine.
“Masalah dengan laporan Badai adalah angka-angka memiliki kecenderungan untuk kembali ke arah yang berlawanan dalam laporan minggu depan, setelah infrastruktur minyak kembali online,” kata Yawger.
Yawger menjelaskan, Brent telah melakukan pemulihan sejak 10 September ketika tergelincir di bawah US$ 70 ke level terendah sejak Desember 2021. Ini menghadapi resistensi di sekitar U$ 75 karena margin kilang global yang lemah yang menandakan permintaan yang lamban.
|
Bertumbuh! Laba Atribusi Harita Nickle (NCKL) Rp 4,83 Triliun hingga Kuartal IIIJumat, 22 Nov 2024 |
|
Wika Beton (WTON) Lebih Moderat Tetapkan Target Kontrak Baru 2025Jumat, 22 Nov 2024 |
|
Triputra Agro (TAPG) Targetkan Netral Karbon Tahun 2036, Begini StrateginyaKamis, 21 Nov 2024 |
|
Ajarkan Emiten Cara Hitung Emisi, BEI Akan Luncurkan IDX ESG Disclosure Guidance Pada Kuartal I-2025Kamis, 21 Nov 2024 |
|
Target Indika (INDY) Raih 50% Pendapatan Non-Batu Bara Mundur Jadi 2028Kamis, 21 Nov 2024 |
Laporan Hasil Public Expose EPACJumat, 05 Jan 2024 |
Penyampaian Prospektus LUCYRabu, 03 Jan 2024 |
Laporan Hasil Public Expose PPRORabu, 03 Jan 2024 |
Penyampaian Materi Public Expose LMASRabu, 03 Jan 2024 |
Laporan Hasil Public Expose CSMIRabu, 03 Jan 2024 |
Techno Fundamental ARTOJumat, 22 Nov 2024 |
Incidental Report WIFIJumat, 22 Nov 2024 |
Techno Fundamental EMTKKamis, 21 Nov 2024 |
Incidental Report BBTNKamis, 21 Nov 2024 |
Techno Fundamental AMMNRabu, 20 Nov 2024 |