JAKARTA, investortrust.id – Penguatan saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) makin moncer setelah Bank Indonesia (BI) menetapkan pemangkasan suku bunga sebanyak 25 bps menjadi 6% pada rapat dewan gubernur Rabu (18/9/2024).
Berdasarkan data perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBTN ditutup menguat sebanyak Rp 40 (2,77%) menjadi Rp 1.485 dengan net buy pemodal asing Rp 5,54 miliar. Penguatan saham BBTN mengalahkan saham bank BUMN, seperti saham BBNI menguat 0,88%, BRIS naik 1,29%, BBRI naik 0,94%, sedangkan saham BMRI justru terkoreksi 0,34%.
Kenaikan tersebut menjadikan total penguatan saham BBTN sepanjang September 2024 telah mencapai 5,31% dari level akhir Agustus Rp 1.410 menjadi Rp 1.485 dengan total net buy senilai Rp 50,18 miliar.
Head of Research & Strategy JP Morgan Indonesia Henry Wibowo sebelumnya menyebutkan bahwa terbuka pelaung pemangkasan BI Rate sebanyak 50 bps sepanjang September-Desember tahun 2024. Pemangkasan ini bakal berimbas positif terhadap saham sejumlah sektor yang sensitif terhadap suku bunga, seperti saham bank, khususnya bank yang fokus kredit properti dan otomotif.
“Saham-saham bank juga diyakini akan memperoleh manfaat besar dari peningkatan likuiditas dan arus modal setelah pemangkasan suku bunga. Di antaranya menaikkan minat investor berinvestasi pada saham perbankan, karena 60% dari komposisi IHSG BEI diisi saham sektor tersebut,” ujarnya.
Didukung Sejumlah Isu
Sementara itu, analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dan Naura Reyhan Muchlis menyebutkan, ada beberapa isu yang bisa menopang performa keuangan dan saham BBTN ke depan. Di antaranya, spin off unit bisnis syariah (UUS) disertai dengan akuisisi bank syariah.
Selain itu, dia mengatakan, perseroan tengah bernegosiasi dengan sejumlah calon mitra strategis untuk penguatan bank syariah bentukan perseroan ke depan. Sejumlah diskusi telah dilakukan, termasuk dengan PP Muhammadiyah, yang berpotensi menjadi salah satu pemegang saham di bank syariah yang akan diakuisisi.
Sentimen positif lainnya, terang Victor Stefano dan Naura Reyhan, datang dari rencana penjualan aset-aset bermasalah yang kemungkinan direalisasikan pada Oktober atau awal November 2024. Penjualan asset bermasalah tersebut akan bisa menyumbang sebanyak 50 bps terhadap penurunan rasio kredit bermasalah (NPL) BTN tahun ini.
5 Top News Update
Bertumbuh! Laba Atribusi Harita Nickle (NCKL) Rp 4,83 Triliun hingga Kuartal III
Jumat, 22 Nov 2024
Wika Beton (WTON) Lebih Moderat Tetapkan Target Kontrak Baru 2025
Jumat, 22 Nov 2024
Triputra Agro (TAPG) Targetkan Netral Karbon Tahun 2036, Begini Strateginya
Kamis, 21 Nov 2024
Ajarkan Emiten Cara Hitung Emisi, BEI Akan Luncurkan IDX ESG Disclosure Guidance Pada Kuartal I-2025
Kamis, 21 Nov 2024
Target Indika (INDY) Raih 50% Pendapatan Non-Batu Bara Mundur Jadi 2028
Kamis, 21 Nov 2024
Laporan Hasil Public Expose EPAC
Jumat, 05 Jan 2024
Penyampaian Prospektus LUCY
Rabu, 03 Jan 2024
Laporan Hasil Public Expose PPRO
Rabu, 03 Jan 2024
Penyampaian Materi Public Expose LMAS
Rabu, 03 Jan 2024
Laporan Hasil Public Expose CSMI
Rabu, 03 Jan 2024
Techno Fundamental ARTO
Jumat, 22 Nov 2024
Incidental Report WIFI
Jumat, 22 Nov 2024
Techno Fundamental EMTK
Kamis, 21 Nov 2024
Incidental Report BBTN
Kamis, 21 Nov 2024
Techno Fundamental AMMN
Rabu, 20 Nov 2024