JAKARTA, investortrust.id - Harga minyak mentah berjangka Brent anjlok US$ 1,71 atau 2,27% ke posisi US$ 73,46 per barel pada Rabu, (25/9/2024). Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tergelincir US$ 1,87 atau 2,61% bertengger di posisi US$ 69,69 per barel.
Seperti dilansir Reuters Kamis (26/9/2024), harga minyak anjlok lebih dari 2% karena kekhawatiran atas gangguan pasokan di Libya mereda dan permintaan yang berlanjut meskipun ada rencana stimulus terbaru China.
Namun, penurunan persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (WTI) dipicu oleh meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang memberikan beberapa dukungan.
Fraksi Libya menandatangani perjanjian tentang proses penunjukan gubernur bank sentral, langkah awal untuk menyelesaikan perselisihan atas kendali bank sentral dan pendapatan minyak yang telah memangkas produksi dan ekspor minyak Libya.
“Resolusi yang tertunda untuk krisis bank sentral Libya akan memulihkan pasokan minyak yang signifikan, sementara AS pemadaman produksi Teluk dipandang sangat sementara,” kata Ahli Strategi Energ, Clay Seigle.
Selain itu, badai yang mengancam Amerika Serikat, Gulf Coast telah mengubah arah, menuju Florida dan menjauh dari daerah penghasil minyak dan gas di dekat Texas, Louisiana, dan Mississippi.
Terlepas dari banyak langkah dukungan moneter yang diumumkan oleh bank sentral China pada Selasa kemarin, para analis memperingatkan bahwa lebih banyak bantuan fiskal diperlukan untuk meningkatkan aktivitas di importir minyak mentah terbesar di dunia.
“Masih ada yang banyak dukungan fiskal akan dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan pada ekonomi China. Ketidakpastian ini menimbulkan keraguan tentang pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan, membebani harga minyak mentah,” kata Kepala Pendidikan dan Penelitian Global di CFI Financial Group, George Khoury.
Selain itu, harga minyak naik sekitar 1,7% pada Selasa kemarin setelah China mengumumkan pemotongan suku bunga secara menyeluruh dan lebih banyak pendanaan.
Sementara itu, menurut data Administrasi Informasi Energi, persediaan minyak mentah di AS turun 4,5 juta barel menjadi 413 juta barel pada minggu yang berakhir pada 20 September, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penarikan 1,4 juta barel. Inventaris bensin dan sulingan juga menurun minggu lalu.
“Kecenderungan penurunan pasokan menjadi terlalu besar untuk diabaikan. Kami mendengar betapa buruknya permintaan dan memiliki sinyal yang beragam, kelemahan permintaan tidak sesuai dengan situasi persediaan yang jatuh ini,” kata analis dari Price Futures Group, Phil Flynn,.
Kemudian konflik yang meningkat antara Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon dan Israel juga mendukung harga minyak mentah, dengan roket lintas batas yang diluncurkan oleh kedua belah pihak meningkatkan ketakutan akan konflik yang lebih luas.
|
Bertumbuh! Laba Atribusi Harita Nickle (NCKL) Rp 4,83 Triliun hingga Kuartal IIIJumat, 22 Nov 2024 |
|
Wika Beton (WTON) Lebih Moderat Tetapkan Target Kontrak Baru 2025Jumat, 22 Nov 2024 |
|
Triputra Agro (TAPG) Targetkan Netral Karbon Tahun 2036, Begini StrateginyaKamis, 21 Nov 2024 |
|
Ajarkan Emiten Cara Hitung Emisi, BEI Akan Luncurkan IDX ESG Disclosure Guidance Pada Kuartal I-2025Kamis, 21 Nov 2024 |
|
Target Indika (INDY) Raih 50% Pendapatan Non-Batu Bara Mundur Jadi 2028Kamis, 21 Nov 2024 |
Laporan Hasil Public Expose EPACJumat, 05 Jan 2024 |
Penyampaian Prospektus LUCYRabu, 03 Jan 2024 |
Laporan Hasil Public Expose PPRORabu, 03 Jan 2024 |
Penyampaian Materi Public Expose LMASRabu, 03 Jan 2024 |
Laporan Hasil Public Expose CSMIRabu, 03 Jan 2024 |
Techno Fundamental ARTOJumat, 22 Nov 2024 |
Incidental Report WIFIJumat, 22 Nov 2024 |
Techno Fundamental EMTKKamis, 21 Nov 2024 |
Incidental Report BBTNKamis, 21 Nov 2024 |
Techno Fundamental AMMNRabu, 20 Nov 2024 |